Skandal Pengaturan pertandingan atau Calcioscommesse yang melibatkan beberapa punggawa juventus (Bonucci, Pepe) dan pelatih juventus Antonio Conte, ternyata hanyalah sebuah serangan rapi FIGC dan antek-anteknya untuk melemahkan Juventus. Memang orang-orang yang tsb tadi dituduh terlibat kasus ini ketika membela klub mereka masing-masing, Bonucci di Bari,Conte di Siena, dan Simone pepe di Udinese. Namun secara tidak langsung hal ini mengganggu persiapan dan konsentrasi Juventus musim 2012-2013, inilah yang diharapkan oleh pihak-pihak anti Juventus.
Masih ingat kasus Calciopoli atau Farsopoli tahun 2006? Ya, kejadian yang sangat mencoreng persepakbolaan Italia dan Juventus merupakan Tim yang paling dirugikan dalam kasus tersebut. Bagaimana tidak, hanya dengan waktu 3 minggu pengadilan dengan mudahnya menghukum Juventus turun kasta ke serie-B ditambah pengurangan poin. Tidak hanya itu, juventus harus rela mengalami kerugian yang besar dan ditinggalkan para pemain bintangnya semacam Ibrahimovic, Thuram, serta Cannavaro. Namun Juventus memiliki The True Legend yang tetap setia membela Juventus walaupun harus bermain di serie B. Mereka adalah Alessandro Delpiero, Pavel Nedved, Mauro Camoranesi, Gianluigi Buffon, serta Idola saya David Trezeguet. Tapi, Juventus adalah Juventus yang selalu memiliki tradisi juara, hal ini tidak dapat terbantahkan. Hanya butuh satu musim saja Juventus mencicipi serie-b, dan ya dengan pengurangan poin pun Juventus bisa juara dan kembali ke kasta tertinggi, yaitu serie-a.
Beberapa tahun kemudian barulah kebenaran sesungguhnya terungkap, ditemukan Fakta baru dan pengadilan di Naples menyatakan bahwa Moggi terbukti bersalah, sedangkan Juventus bersih! Fakta-fakta terkait Farsopoli tersebut bisa anda baca disini . Lalu siapa dalang sesungguhnya? ya tidak lain dan tidak bukan adalah Presiden Int*r, Massimo Morat*i. Ketika tim lain-lain terlibat seperti milan, Fiorentina, dan lain-lain, kemanakah Int*r? tak tersentuh sama sekalipun. Logis kah?
Lalu apa hubungannya dengan kasus Calcioscommesse? persamaannya adalah kasus ini dimunculkan ketika Juventus sedang berada di puncak dan dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin menjatuhkan Tim ini. Juventus memenangkan scudetto ke 30-nya dilapangan tanpa mengalami kekalahan, Fantastic bukan? Cukup membuat pihak yang iri ingin menjatuhkan kekuatan Juventus dengan cara-cara yang kotor. Perbedaanya mungkin kasus baru ini tidak melibatkan Juventus secara langsung. Sulit bila keindahan sepakbola harus dicampuri urusan politik seperti ini, begitupun seperti yang terjadi di Indonesia.
Politik? Apa alasannya?
Hal yang paling menggelikan adalah tuduhan yang disematkan kepada sang pelatih, Antonio Conte. Conte dituduh ikut terlibat pegaturan skor ketika mengarsiteki Siena di serie B. Dan sang pelatih tidak terbukti bersalah dalam kasus ini. Namun muncul tuduhan baru, yaitu Conte dituduh "Lalai Lapor", LOL! Ya, Conte dituduh mengetahui adanya pengaturan skor di dalam timnya saat itu dan dianggap bersalah karena tidak melaporkan ke FIGC (PSSI-nya Itali). Bagaimana bisa seseorang yang curiga akan adanya sebuah kasus namun tidak memilki bukti yang kuat diharuskan melaporkan ke FIGC, apa namanya kalo menuduh tanpa bukti? Fitnah bukan? bisa saja Conte dituduh melakukan laporan kebohongan. Apa jadinya kalo seluruh masyarakat Indonesia mengetahui adanya korupsi para pejabat namun tidak memiliki bukti yang kuat akan dihukum oleh pengadilan? Sangat tidak realistis!
Jaksa penuntut mengajukan tuntutan “gagal lapor” kepada Conte. Ini bukti bahwa Conte tidak terlibat ilegal betting, hanya tidak melaporkan saja. Conte dikabarkan siap menjalani proses peradilan tapi tim pengacara meyakinkan Conte untuk menerima plea bargain. Tim pengacara lalu mengatur kesepakatan dengan Palazzi. Titik temu telah dicapai dimana Conte harus menjalani skorsing 3 bulan + denda €200.000,- yang sejatinya akan disumbangkan kepada korban gempa. Sebagai orang yang awam terhadap hukum, logikanya adalah sebuah plea bargain seharusnya disepakati lebih dulu oleh Jaksa & Komisi Disiplin baru ditawarkan kepada si tertuduh. Tapi yang terjadi kemarin sungguh diluar dugaan.
Menurut Claudio Zuliani yang terjadi kemarin adalah pertama kali dalam sejarah peradilan olahraga Italia komisi disiplin menolak kesepakatan plea bargain. Conte, kita semua dan Juventus terkejut. Tim pengacara Conte berang dan Palazzi juga ikut-ikutan meminta kejelasan kepada hakim. Carobbio aktor penting yang mengatur skor pertandingan menyepakati plea bargain skorsing 4 bulan dikabulkan oleh komisi disiplin. Skorsing 2 bulan dan denda bagi Conte yang hanya gagal lapor dianggap kurang. Juventus memberlakukan silenzio stampa sebagai bentuk protes. Tim pengacara langsung terbang ke Turin untuk berkonsolidasi dengan Andrea Agnelli.
Hari ini tim pengacara Conte tiba kembali di Roma untuk melanjutkan proses persidangan. Kabarnya Palazzi mengajukan plea bargain baru yaitu skorsing 5 bulan untuk Conte. Tawaran baru ini lalu ditolak mentah-mentah oleh Conte yang lebih memilih melanjutkan proses persidangan. Di persidangan nanti tuntutan yang dihadapi Conte adalah 15 bulan skorsing. Sekedar catatan, Carobbio si aktor utama hanya menjalani total skorsing 22 bulan. Apakah adil jika Conte yang hanya gagal lapor dituntut 15 bulan?
Lebih jelas jalanya kasus ini bisa anda baca di artikel berikut ini .
Seperti kata Pepatah, "Semakin Tinggi pohon, semakin kencang anginnya" dan biarkan keadilan sesungguhnya yang akan berbicara....
JUVENTUS ku telah kembali, tidak hanya JUVENTUS ku yg ku cintai tapi JUVENTUS yang mereka benci!!! FORZA JUVENTUS
Artikel tautan : signora1897
0 komentar:
Posting Komentar